Penampilan
tarian Niti Naik Mahligai dari Kabupaten Kerinci, membius penonton Tenggarong,
ibukota Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur (Kaltim), Minggu malam.
"Luar
biasa penampilan tarian dari Jambi. Unsur mistiknya kuat sekali," kata
Hari, seorang warga Tenggarong Seberang yang menyaksikan pertunjukan.
Menurut
dia, Niti Naik Mahligai yang disajikan oleh Sanggar Peduli Budaya Kerinci ini
mewakili Jambi dalam Festival Gerak Nusantara, yang merupakan rangkaian
kegiatan Pekan Nasional (Penas) ke-XIII Petani dan Nelayan.
Niti Naik
Mahligai tampil memukau di depan ratusan penonton dari Kaltim dan daerah lain.
Penonton yang memadati arena pacu kuda Stadion Madya, Haji Imbut Kutai
Kartanegara ini kerap memberi aplus dan berdecak kagum ketika melihat setiap
gerakan penari.
Wajar
saja, sebab tarian yang ditata oleh Eva Bramanti Putra ini memang kental dengan
unsur mistiknya. Para penari yang terdiri dari empat kaum hawa ini tak hanya
memperlihatkan gerakan saja, tetapi menghibur dengan atraksi debusnya.
Di
sela-sela tariannya, para penari secara bergantian menginjak-injak pecahan
beling sembari meliuk-liuk dengan posisi badan sedikit berbungkuk. Mereka
menari diatas pecahan beling tersebut tanpa rasa takut terluka.
Tidak puas
dengan pecahan beling, para penari lalu menari diatas potongan bambu runcing
dengan posisi menjulang ke atas, yang siap menghujam siapa saja. Namun, para
penari terlihat begitu menikmati setiap gerakan di atas runcingnya bambu tanpa
ada yang terluka.
Penari
juga meliuk-liukan badannya di atas paku yang tersusun di papan. Setelah itu,
dilanjutkan dengan adegan penusukan tombak tajam kepada penari. Hebatnya,
tombak tersebut yang justru patah. Adegan terakhir, para penari menari di atas
kobaran api membara.
Tarian
milik Kerinci ini sangat menghibur penonton yang menyaksikannya. "Sangat
menghibur, dan inilah keragaman kita," kata salah seorang peserta Penas,
asal Lampung.
Menurut
penata gerak Niti Naik Mahligai, Eva Bramanti Putra, Niti Naik Mahligai
merupakan tarian sakral bernuansa mistik, yang berasal dari Kecamatan Siulak
Kabupaten Kerinci. Tarian ini menceritakan tentang penobatan Raja di Mahligai
Kaca yang dikenal oleh masyarakat setempat sebagai Gunung Kaca.
Sebelum
seseorang dinobatkan menjadi pimpinan, maka dia harus melewati ujian atau
rintangan seperti berjalan dan menari di atas pecahan kaca, telor, paku, bambu
runcing, kertas, mata pedang, tombak dan di atas bara api.
Setelah
ujian tersebut berhasil ditempuh, maka baru dia bisa dinobatkan menjadi
pimpinan atau raja di Maligai Kaca tersebut.
Sumber : TribunJambi
0 komentar:
Posting Komentar